MediaGo – Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, memiliki sekitar 128.000 unit UMKM yang tersebar di area seluas 1.194 kilometer persegi. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa, wilayah ini memiliki potensi besar dengan kekayaan alam dan kearifan lokal.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya Prof Djisman S. Simandjuntak saat menghadiri Saung Rahayat 2023 di Kuningan, Jawa Barat mengatakan, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah yang cukup tua di negeri ini yang memiliki banyak kearifan lokal, pusaka bangsa yang perlu dipelajari kaum muda.
Ia pun mendorong para mahasiswa di kampusnya untuk terjun langsung demi merasakan tantangan dan berbagi solusi kepada para pelaku usaha di Kota Kuda yang mulai bangkit setelah dibekap pandemi.
Lebih dari 900 mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya pun terjun langsung untuk melakukan pendampinangan bagi ratusan pelaku UMKM di Kuningan sepanjang bulan Februari 2023. “UMKM adalah panggilan pertama universitas. Tanpa UMKM, suatu negara akan rapuh,” tutur Djisman.
Bupati Kuningan Acep Purnama berharap para pelaku UMKM di Kabupaten Kuningan bisa menjadi pelaku usaha yang tangguh menghadapi situasi apapun. “Dukungan Universitas Prasetiya Mulya semoga terus berkesinambungan, karena ini merupakan ekonomi yang dibangun atas asas kebersamaan dan kerakyatan, untuk kemandirian,” ujarnya.
Salah satu produk yang menjadi khas Kabupaten Kuningan adalah Kopi Liberica. Adalah Kelompok Kopi Sirung Tanjung yang mempopulerkan kopi jenis ini. Kelompok yang berada di Desa Cipasung, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan ini sudah memiliki tiga kelompok, yaitu petani, pengolah dan penjual.
Salah satu pengurusnya, Dedi Supriyadi mengakui ada masalah klasik yang mereka hadapi adalah manajemen penjualan. selama ini pengeluaran dan pemasukan selalu berbeda, sehingga mereka tidak tahu seberapa besar keuntungan yang sebenarnya telah didapatkan.
Selain Dedi, Inin pengusaha rengginang merek Ceu Mimin yang di Desa Haurkuning, Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan. “Untuk pemasaran mereka sudah bagus. Sudah ada di online, sudah menitipkan ke toko oleh-oleh dan lainnya,” tutur Adiya Maharani, perwakilan kelompok yang mendampingi rengginang Ceu Mimin
Namun produksi pengolahan rengginang Ceu Mimin sangat tergantung alam. Kalau Matahari tidak bersinar terik seperti di musim penghujan saat ini, produksi rengginang dipastikan terganggu bahkan bisa juga tidak berproduksi. “Kami pun membuatkan mesin oven. Sehingga produksi rengginang tidak terganggu,” tutur Adiya.
Adapula pemilik kopi She’ Edun Ibu Yeyet yang dilakukan pendampingan agar bisa meningkatkan produksi dan meluaskan penjualan. Setelah dua tahun, biji kopi yang digunakan Yeyet untuk menjadi kopi hanya 30 kilogram.
Dengan memperbaiki packaging dan logo kopi, inovasi perluasan konsumen juga dibantu degan memasarkan kopi original dan kopu jahe secara digital agar jangkauan pasarnya bisa lebih luas lagi.