SDH Lippo Harapan Sekolah Dian Harapan Display Ad
Wednesday, May 21, 2025
spot_imgspot_img
HomeGaya HidupPassion vs Stabilitas: Mana yang Dipilih Generasi 20-an di Tengah Krisis Quarter...

Passion vs Stabilitas: Mana yang Dipilih Generasi 20-an di Tengah Krisis Quarter Life?

Mediago.id- Fase Quarter Life Crisis (QLC) menjadi sebuah fase yang kerap digunakan hingga menjadi sebuah tren di dunia maya. Quarter Life Crisis adalah sebuah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah kesulitan

Banyak dari kita dulu memiliki impian besar: bekerja dengan passion, sehingga mereka bisa “kerja tapi nggak berasa kerja” dan bangun setiap pagi dengan semangat karena mencintai apa yang mereka lakukan. Namun, pertanyaan itu mulai terdengar berbeda seiring bertambahnya usia, terutama saat memasuki usia pertengahan dua puluh.

Bukan lagi soal “apa yang aku suka”, tapi lebih ke “apa yang bisa bikin aku bertahan?”

Dalam kenyataannya, hidup tidak hanya tentang idealisme. Ada hukum, tanggung jawab keluarga, tuntutan sosial, dan kesehatan mental yang perlu diperhatikan. Banyak dari kita mulai menyadari bahwa kestabilan yang menenangkan bukan passion yang dibutuhkan.

Ini bukan berarti menyerah pada mimpi. Tapi belajar berdamai. Passion mungkin masih ada, tapi itu mungkin bukan satu-satunya sumber pendapatan. Stabilitas mungkin memberi kita arti. Mungkin saat kita memulai pekerjaan yang “biasa saja”, kita menjadi versi diri yang lebih kuat dan bijak.

Karena seiring waktu, definisi “kerja ideal” pun berubah. Dulu, mungkin ingin kerja sesuai hobi. Sekarang? Ingin kerja yang nggak bikin burnout. Yang pulang kerja masih bisa punya energi buat hidup.

Dan itu nggak salah. Itu dewasa.

Passion vs Stabilitas: Mana yang Lebih Penting?

blogger 2838945 1280

Menurut studi dari Deloitte (2022 Gen Z and Millennial Survey), sekitar 46% Gen Z dan 45% Milenial menempatkan “stabilitas finansial” sebagai prioritas utama dalam memilih pekerjaan, mengalahkan faktor seperti passion dan fleksibilitas. Banyak dari mereka merasa tertekan oleh biaya hidup yang makin tinggi dan ketidakpastian ekonomi.

Sementara itu, menurut Forbes, konsep “follow your passion” mulai dikritik karena seringkali membuat orang merasa gagal saat kenyataan kerja tidak seindah yang dibayangkan. Pekerjaan yang sesuai passion pun tetap bisa bikin lelah, bahkan burnout, kalau tidak dibarengi dengan manajemen diri yang sehat.

Jadi, Gimana Harusnya?

Tidak ada jawaban yang jelas. Stabilitas dan passion tidak bertentangan. Keduanya dapat berjalan bersama, tetapi porsinya dapat berubah seiring waktu.

Jika kamu merasa lelah dengan pekerjaan kamu saat ini, itu bukan berarti Anda gagal mengejar passion Anda. Sebaliknya, Anda mungkin sedang membangun fondasi hidup Anda agar Anda dapat kembali mengejar impian Anda dengan lebih berani.

Karena memilih pekerjaan bukan hanya tentang apa yang kita suka, tetapi juga apa yang bisa membuat kita hidup, berkembang, dan tetap waras di dunia yang serba cepat ini.

CopyAMP code
Rafida
Rafida
Seorang sarjana lulusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Saya sangat menyukai dunia kepenulisan. Hasil tulisan saya, saya bagikan di berbagai platform seperti LinkedIn, medium dan blogspot. Saya suka menjelajahi banyak hal baru dan senang berkomunikasi dengan orang baru. Dalam kehidupan ini saya ingin mendapatkan beberapa pengalaman yang luar biasa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -spot_img
spot_img

Most Popular

spot_img