Sekitar 6 juta remaja Amerika bersaing mendapatkan pekerjaan musim panas tradisional seperti menjadi penjaga toko, pelayan, atau pengasuh anak, muncul gelombang baru wirausahawan muda yang memilih jalur berbeda: menciptakan peluang sendiri melalui bisnis digital. Generasi ini tidak sekadar mencari uang jajan tambahan—mereka sedang berinvestasi untuk masa depan mereka.
Menurut survei dari Junior Achievement, 66% remaja usia 13–17 tahun menyatakan ketertarikan untuk memulai bisnis sendiri ketika dewasa. Yang menarik, banyak dari mereka tidak menunggu hingga dewasa untuk memulainya.
“Anak-anak zaman sekarang tumbuh di dunia di mana teknologi, kreativitas, dan akses pasar digital sudah tersedia sejak dini. Mereka tidak hanya punya ide, tapi juga alat untuk mewujudkannya,” ujar Michelle Wirth, pendiri organisasi nirlaba WIT (Whatever It Takes).
1. Panduan Belajar dan Template Akademik

Siswa yang unggul dalam pelajaran tertentu dapat mengubah catatan mereka menjadi panduan belajar yang bermanfaat. Mulai dari ringkasan sejarah AP U.S. hingga lembar referensi matematika, produk-produk ini memiliki pasar stabil, terutama menjelang musim ujian.
Karena berasal dari sesama pelajar, kontennya sering kali lebih mudah dipahami oleh remaja lain. Platform seperti Etsy atau Teachers Pay Teachers menyediakan pasar yang siap menerima produk edukatif ini.
2. Perencana dan Jurnal Digital

Bagi yang senang merancang, perencana digital atau jurnal refleksi bisa menjadi produk unik dan fungsional. Dengan bantuan aplikasi seperti Canva, Notion, atau GoodNotes, remaja bisa mendesain planner untuk belajar, mencatat kebiasaan, atau jurnal rasa syukur.
Contohnya, jurnal harian yang dilengkapi afirmasi positif, pelacakan tujuan, dan stiker digital bisa menarik minat remaja lain yang juga sedang belajar mengelola emosi dan waktu.
3. Template Media Sosial

Generasi Z dikenal mahir media sosial, dan keterampilan ini bisa diubah menjadi bisnis. Remaja dapat menjual template Instagram, desain thumbnail YouTube, atau banner TikTok kepada UMKM, organisasi sekolah, bahkan kreator konten.
Selain belajar desain grafis, mereka juga mengasah kemampuan branding dan pemasaran. Ini menjadi bekal penting jika kelak ingin bekerja di industri kreatif atau membuka agensi digital.
4. E-Book dan Kursus Mini

Pengalaman pribadi juga bisa dikemas menjadi e-book atau video kursus. Misalnya, remaja yang berhasil membangun akun TikTok dengan 50 ribu pengikut bisa berbagi strategi dalam bentuk kursus mini berdurasi 30 menit.
Produk terbaik biasanya bersifat praktis dan fokus pada masalah spesifik. Judul seperti “Bagaimana Saya Dapat 10 Klien Pertama di Fiverr saat Usia 15” sangat menarik bagi remaja lain yang ingin mencoba hal serupa.
5. Seni dan Stiker Digital

Remaja yang gemar menggambar bisa menjual ilustrasi digital, wallpaper ponsel, atau paket stiker untuk aplikasi pesan seperti Telegram dan WhatsApp. Ini adalah cara menyenangkan untuk memonetisasi hobi tanpa harus mencetak atau mengirim produk fisik.
6. Aset Audio untuk Kreator Konten

Untuk remaja yang jago musik, pasar audio digital sangat menjanjikan. Mereka bisa menjual trek latar, musik pembuka, atau efek suara ke pembuat podcast dan video YouTube.
Michelle Wirth dari WIT bercerita, “Beberapa tahun lalu, kami mempekerjakan Emma Wasserman—saat itu baru 17 tahun—untuk membuat musik pembuka dan penutup podcast kami, Do WIT. Musik ciptaannya sangat profesional.”
Yang paling penting, pengalaman berwirausaha digital ini mengembangkan keterampilan abad ke-21: kreativitas, komunikasi, pemecahan masalah, dan inisiatif. Ini semua adalah kemampuan penting dalam dunia kerja yang terus berubah.
“Dengan menciptakan produk digital, mereka bukan hanya menghasilkan uang musim panas. Mereka belajar menciptakan peluang, bukan hanya menunggu,” tutup Wirth.
Remaja masa kini tidak hanya siap menghadapi masa depan—mereka sedang menciptakannya.