Mediago.id – Dewasa ini, upaya-upaya pelestarian dunia literasi menjadi gencar dan fenomenal. Kegiatan-kegiatan seperti galang buku, donasi buku atau pembuatan perpustakaan desa cukup sering kita jumpai seliweran di linimasa berbagai platform digital. Yang ironis dari budaya literasi ini adalah pesatnya perkembangan buku bajakan.
Ciri-ciri Buku Bajakan
Sayangnya, budaya literasi yang ngepop ini tidak berbarengan dengan edukasi berpikir kritis yang masif, tentang perbukuan khususnya. Dari itu, kini mulai banyak orang suka membaca namun mayoritas hanya ingin terlihat lebih keren saja dengan rajin mengunggah konten berupa foto buku dan menjadi bookrazzi tanpa tahu bahwa buku yang sedang mereka baca bukanlah buku orisinal penerbit melainkan buku bajakan. Nah, berikut ini adalah ciri-ciri buku bajakan.
1. Lem Tidak Kuat
Karena proses produksi yang radikal, hanya berpusat pada pengeluaran biaya yang seminim-minimnya guna meraup untung yang semaksimal mungkin maka tidak heran jika kualitasnya tidak begitu sepadan dengan yang asli. Jangankan sepadan, mendekati pantas saja masih belum.
Ciri yang paling umum dapat kita jumpai dari buku bajakan adalah lemnya yang tidak kuat. Hal ini bisa kita lihat dari bagain pinggir bukunya. Ciri buku orisinal memiliki pengerjaan yang optimal sehingga pengelemannya pun berkualitas. Rata dan tidak menimbulkan tonjolan atau tumpukan lem di bagian tertentu. Sementara buku bajakan lemnya tidak sekuat pada buku orisinal. Sehingga halaman dalam buku rawan lepas.
2. Cetakan Tulisan Tidak Jelas
Jika dari tampilan luar bisa kita lihat dari pengeleman bagian samping buku, dari dalam pun dapat kita lihat dari kualitas cetakan tulisannya. Cetakan tulisan pada buku orisinal umumnya akan terbaca jelas. Mulai dari sampul, halaman preliminaries, ilustrasi cerita dalam buku sampai kata-kata dan tanda bacanya. Semuanya jelas.
Berbeda dengan buku bajakan, yang pengerjaannya berfokus pada kuantitas bukan kualitas. Bagian sampul bukunya tak sebagus buku asli, halaman preliminariesnya kadang juga tidak ada, ilutrasi gambar pun hanya hitam putih abstrak pun dengan kata per katanya yang kadang cetakannya tidak merata sehingga ada beberapa huruf yang tidak tercetak. Bahkan ada pula halaman-halaman yang terlewat sehingga kosong.