MediaGo – Menjelang akhir pekan, market kripto nampak membuat hati investor sedikit muram. Pergerakan market aset kripto, terutama Bitcoin kembali turun dari level psikologisnya di level US$20.000, setelah dua hari berturut berada di atasnya.
Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap melaju lesu ke zona merah pada perdagangan Jumat (7/10/2022) pukul 13.00 WIB. Dari pantauan CoinMarketCap, nilai Bitcoin berada di harga US$19.943 atau turun 1,47% dalam 24 jam terakhir.
Altcoin lainnya juga mengalami hal yang sama. Nilai Ethereum (ETH) ikut turun 0,95% ke US$1.355 sehari terakhir. Binance Coin (BNB), Solana (SOL), Dogecoin (DOGE), dan XRP bahkan turun lebih dari 2%.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, investor mulai menjauhi market kripto setelah beberapa pejabat The Fed kembali angkat suara mengenai kenaikan suku bunga acuan. Dialah Presiden Fed Chicago Charles Evans dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari yang sepakat menunda untuk bersikap dovish.
“Penegasan atas sikap hawkish The Fed tersebut memudarkan gairah investor di pasar aset berisiko. Akibatnya, mereka pun menjauh dan berhenti melakukan akumulasi sementara,” kata Afid. Nilai BTC juga terpantau langsung tenggelam setelah pendaftaran klaim bantuan pengangguran di AS meningkat 29.000 pengajuan pada pekan lalu.
Data yang mengindikasikan pelemahan ekonomi ini pun langsung menciutkan semangat investor kripto. Di saat yang sama, investor juga menanti perilisan data non-farm payrolls (NFP) AS pada Jumat (7/10/2022) ini demi mengais sinyal kebijakan moneter The Fed.
Nasib Kripto di Oktober
Banyak investor yang masih berharap fenomena ‘Uptober’ atau ‘Octobull’ bisa kembali terulang kembali di bulan Oktober 2022 ini. Biasanya menurut siklus Oktober menjadi bulan yang baik untuk market kripto secara keseluruhan.
Menurut Bitcoin Monthly Retuns, harga BTC selalu naik di bulan Oktober dalam kurung waktu tiga tahun terakhir (2019-2021). Tertinggi nilai BTC sempat melonjak 39,93% pada tahun lalu dan itu mendorongnya untuk mencapai all-time high (ATH) pada November 2021 lalu.
“Investor harus lihat secara sadar fenomena tersebut mungkin akan sulit terulang. Tidak hanya kripto, pasar saham secara global pun lagi lesu dan masih dalam tekanan. Kripto masih dipercaya sebagai shadow market-nya pasar saham global, jadi akan ada pengaruh yang besar terkait guncangan ekonomi di saat banyak negara yang alami resesi,” kata Afid.
Kekhawatiran makroekonomi seputar inflasi, iklim geopolitik, dan kebijakan moneter telah membuat harga BTC turun sehingga mempengaruhi pasar yang lebih luas juga.
Dari analisis jangka pendek, pergerakan harga Bitcoin bisa kembali downtrend. Jika valid breakdown, kemungkinan target penurunan berada pada level US$18.920 yang merupakan harga terendah pada candle harian 2 Oktober.
Level resistance pada level US$20.576 masih menjadi target naik terdekat Bitcoin. Harga tertinggi pada 12 September di level US$22.488 menjadi target naik selanjutnya, apabila pergerakan harga Bitcoin berhasil breakout resistance terdekatnya.