MediaGo – Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Namun, gejala orang yang terinfeksi Covid-19 justru yang mengalami komplikasi semakin berkembang. Baru-baru ini yang ramai dibicarakan adalah happy hypoxia atau yang kerap disebut silent hypoxia.
Apa sebenarnya happy hypoxia itu? Dikutip dari Twitter @sobatsehatkita, happy hypoxia merupakan kondisi penurunan kadar oksigen dalam darah. Namun, silent hypoxia berbeda dengan hipoksia pada umumnya. Kondisi silent hypoxia justru tidak menunjukkan gejala apapun pada pasien.
Memang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan mengapa pasien Covid-19 bisa mengalami happy hypoxia. Tidak banyak literatur yang menerangkan hal ini. Namun kondisi tersebut diduga karena adanya toleransi terhadap penurnan kadar oksigen dan sumbatan pembulh darah yang mengganggu respon pernapasan.
Dugaan lain juga muncul karena faktor usia dimana usia tua dan diabetes yang membuat berkurangnya respon penapasan dan sistem saraf yang terganggu sehingga menimbulkan gangguan pada respon sesak pada pernapasan.
Apa yang harus dilakukan jika terkena happy hypoxia? Pertama adalah mindset jangan menyepelekan happy hypoxia harus dimunculkan. Jangan sepelekan setiap keluhan yang ada dan dirasakan. Segera periksa ke dokter jika terdapat gejala seperti batuk atau sesak napas.
Secara umum, pasien yang mengalami hipoksia akan merasakan beberapa gejala, seperti:
• Sesak napas.
• Lemas.
• Perubahan warna kulit menjadi kebiruan.
• Batuk.
• Peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernapasan.
• Nyeri kepala.
• Keringat berlebih.
• Pada hipoksia tingkat berat, dapat terjadi kehilangan kesadaran dan kematian.
Untuk mengetahui apakah ada gejala happy hypoxia atau tidak, maka dokter akan mendeteksi kadar oksigen dengan menggunakan oksimetri. Alat ini akan dijepitkan pada jari tangan agar bisa menunjukkan kadar oksigen secara objektif.