Sirup legendaris ini telah menjadi bagian dari budaya konsumsi masyarakat Indonesia sejak lama. Minuman manis ini semakin populer saat Ramadan dan menjelang Idul Fitri, karena bisa diolah menjadi berbagai minuman segar. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa sirup telah hadir di Indonesia sejak era kolonial Belanda. Beberapa merek sirup bahkan masih eksis hingga saat ini, dengan usia mencapai lebih dari satu abad.
Dilansir dari Detik di Jakarta, Minggu (16/3/25), budaya konsumsi sirup legendaris di Indonesia tidak lepas dari pengaruh kuliner Belanda. Pada masa kolonial, sirup menjadi minuman yang biasa disajikan di rumah-rumah orang Eropa, restoran, hingga hotel-hotel besar. Beberapa merek lokal yang terkenal saat ini justru pertama kali didirikan oleh pengusaha Belanda. Meski demikian, keberadaan mereka tetap bertahan dan terus berkembang hingga kini.
Lima merek sirup tertua di Indonesia

1. Siropen Telasih
Siropen Telasih disebut sebagai pabrik sirup legendaris dan tertua di Indonesia dan berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Awalnya, pabrik ini bernama Pabrik Limoen JC Drongelen & Hellfach, yang didirikan pada tahun 1923 oleh pengusaha Belanda JC Drongelen. Berkat letaknya yang strategis di kawasan perdagangan Surabaya, sirup ini dengan cepat populer di kalangan orang Eropa, restoran, dan hotel.
Namun, pada tahun 1942, pabrik ini sempat dikuasai oleh Jepang hingga tahun 1958. Setelah itu, Presiden Soekarno mengeluarkan kebijakan nasionalisasi perusahaan asing, sehingga pabrik ini beralih menjadi milik Indonesia. Hingga kini, Siropen Telasih tetap mempertahankan resep asli dan diproduksi dengan metode tradisional.
2. Tjampolay
Tjampolay adalah merek sirup asal Cirebon yang telah diproduksi sejak 1936. Sirup ini terkenal dengan varian rasanya yang beragam, seperti jeruk, leci, dan kopi moka. Pendiri Tjampolay adalah Tan Tjek Tjiu, seorang keturunan Tionghoa yang tinggal di Cirebon. Nama “Tjampolay” diambil dari salah satu jenis buah lokal yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sirup ini.
Menurut cerita turun-temurun, ide pembuatan sirup ini berawal dari mimpi Tan Tjek Tjiu yang melihat dirinya sedang meminum sirup. Hingga kini, Tjampolay masih bisa ditemukan di berbagai swalayan hingga supermarket besar.
3. Sarang Sari
Sirup Sarang Sari merupakan salah satu warisan budaya Belanda yang telah ada sejak 1934. Merek ini didirikan oleh pengusaha Belanda De Wed Bilsma, yang mengandalkan gula batu sebagai bahan utamanya. Sirup legendaris ini diproduksi dalam berbagai rasa, seperti frambozen, vanili, manalagi, dan pisang ambon, yang merupakan cita rasa favorit orang Belanda pada masa itu.
Seiring waktu, masyarakat lokal juga mulai menyukai rasa manis khas Sarang Sari. Meskipun saat ini tidak lagi mudah ditemukan di pasaran, sirup ini masih dijual di beberapa toko dan supermarket tertentu.
4. Kawista
Sirup Kawista berasal dari Rembang, Jawa Tengah, dan telah diproduksi sejak 1925. Uniknya, sirup ini dibuat dari buah kawista, yang memberikan perpaduan rasa manis dan asam yang khas. Orang Belanda menyebut sirup legendaris ini sebagai “Cola van Java”, karena aromanya yang menyerupai minuman kola.
Seiring berkembangnya industri, produksi sirup Kawista tidak hanya dilakukan oleh satu perusahaan saja. Saat ini, ada dua merek utama yang masih eksis, yaitu Kawista Dewasa Burung, yang berdiri sejak 1952, dan Kawista Sonaya, yang diproduksi dalam skala UMKM.
5. Marjan
Marjan adalah merek sirup yang sangat identik dengan bulan Ramadan. Berdiri sejak 1975, merek ini kini telah berusia hampir 50 tahun. M. Saleh Kurnia, pendiri PT Suba Indah, awalnya mendirikan pabrik ini sebagai produsen susu. Namun, ketika bisnis susu mengalami hambatan, ia beralih ke produksi sirup.
Ide pembuatan sirup Marjan datang dari Phang Kang Hoat, rekan Kurnia. Pada saat itu, Indonesia masih bergantung pada sirup impor, sehingga peluang untuk memproduksi sirup lokal sangat besar. Dengan strategi pemasaran yang tepat, Marjan Boudoin berkembang pesat dan kini menjadi salah satu merek sirup legendaris dan paling populer di Indonesia.
Sejarah panjang sirup di Indonesia menunjukkan bagaimana budaya kuliner terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Beberapa merek sirup yang awalnya diperkenalkan oleh orang Belanda kini telah menjadi bagian dari identitas kuliner lokal. Hingga saat ini, sirup tetap menjadi minuman favorit, terutama saat momen-momen spesial seperti Ramadan dan Idul Fitri.
Dengan berbagai inovasi rasa dan strategi pemasaran yang tepat, merek-merek sirup legendaris ini terus bertahan di tengah persaingan industri minuman yang semakin ketat. Keberadaan mereka bukan hanya sekadar produk minuman, tetapi juga bagian dari sejarah dan warisan budaya Indonesia.