SDH Lippo Harapan Sekolah Dian Harapan Display Ad
Saturday, April 13, 2024
spot_imgspot_img
HomeNewsIndra Rudiansyah, Sosok Pemuda Indonesia di Balik Riset Vaksin AstraZeneca

Indra Rudiansyah, Sosok Pemuda Indonesia di Balik Riset Vaksin AstraZeneca

Pemberian vaksin COVID-19 di Indonesia hingga saat ini masih terus dilakukan, salah satunya adalah vaksin AstraZeneca. Tak diketahui oleh banyak orang, ternyata terciptanya vaksin ini juga ada andil salah satu pemuda asal Indonesia yaitu Indra Rudiansyah. Simak cerita selengkapnya yuk. 

Terciptanya vaksin AstraZeneca ada andil dari pemuda asal Indonesia 

Indra Rudiansyah
Vaksin AstraZeneca. (Gambar: http://news.detik.com)

Melansir penjelasan dari laman Kompas.com, ternyata ada andil pemuda Indonesia di balik terciptanya vaksin COVID-19 AstraZeneca, yaitu hasil kerja Indra Rudiansyah (29) mahasiswa di Universitas Oxford. 

Indra tergabung bersama tim Jenner Institute pimpinan Profesor Sarah Gilbert, ilmuwan Inggris yang mendapat standing ovation saat hadir di laga pembuka kejuaraan tenis akbar Wimbledon 2021. Kemudian sejak 20 Januari 2020, tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group bekerja sama menguji coba vaksin virus corona di Pusat Vaksin Oxford. 

“Saya tentunya sangat bangga bisa tergabung dalam tim untuk uji klinis vaksin Covid-19 ini, meskipun ini bukan penelitian utama untuk thesis saya,” ujar Indra Rudiansyah kepada ANTARA London, 23 Juli 2020

Mahasiswa S3 Clinical Medicine di Universitas Oxford itu mengungkapkan, penelitian utamanya untuk thesis sebenarnya adalah vaksin malaria. Namun, keikutsertaannya di tim Jenner Institute merupakan real case dari penelitian vaksin untuk menyelamatkan banyak orang.

Awal mula tergabungnya Indra Rudiansyah dalam tim Jenner Institute

Ketika wabah COVID-19 mengalami eskalasi menjadi pandemi, semua aktivitas di kampus tutup kecuali untuk bidang yang terkait COVID-19. Lab kemudian kekurangan orang, padahal penelitian tentang virus ini membutuhkan banyak sumber daya manusia. 

Saat itulah project leader-nya membuka pintu bagi siapapun yang ingin bergabung, dan Indra Rudiansyah masuk ke tim untuk membantu uji klinis. Di tim, mahasiswa yang mendapat beasiswa dari LPDP ini bertugas menguji antibody response dari para relawan yang sudah divaksinasi. Ia memiliki pengalaman terlibat dalam pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio di Biofarma setelah lulus dari ITB. 

Bekerja dengan cepat 

Indra Rudiansyah
Vaksin COVID-19. (Gambar: http://alodokter.com)

Pemuda asal Bandung lulusan S1 Mikrobiologi ITB itu bercerita, dia dituntut selalu bekerja dengan baik, cepat, dan siap dengan perubahan rencana karena kondisi yang serba dinamis. Proses pengembangan vaksin AstraZeneca pun sangat cepat, karena dalam enam bulan sudah menghasilkan data uji preklinis dan inisial data untuk safety, serta imunogenitas di manusia. 

“Biasanya untuk vaksin baru paling tidak memerlukan waktu lima tahun hingga tahapan ini,” terang alumnus S2 Bioteknologi ITB dengan Fast Track Program tersebut.

Dalam prosesnya, studi dilakukan terhadap 560 orang dewasa yang sehat, termasuk 240 orang berusia di atas 70 tahun. Hasilnya, vaksin virus corona AstraZeneca lebih dapat ditoleransi pada orang yang lebih tua daripada orang dewasa muda. 

Lebih dari 600 juta dosis vaksin AstraZeneca kini telah dipasok ke 170 negara di seluruh dunia, termasuk 100 negara lebih yang tergabung dalam COVAX. Meski harganya termurah, efikasi atau kemanjuran vaksin AstraZeneca cukup tinggi, termasuk mencegah infeksi Covid-19 varian Delta hingga 92 persen.

Pesan untuk Indonesia 

Indra Rudiansyah
Pesan untuk Indonesia. (Gambar: http://bekasi.pikiran-rakyat.com)

Seperti dilansir dari Kompas.com, Indra Rudiansyah menyampaikan pesan kepada Indonesia yang sedang dalam proses vaksinasi nasional. 

“Jadi, sebenarnya vaksin yang ada sekarang ini (dan sudah mulai diberikan pada masyarakat) kan bisa dikatakan sebagai emergency used ya sehingga clinical trial itu masih terus berjalan,” jelas Rudi dalam pesannya tersebut.

“Pasien yang sudah divaksinasi akan terus dipantau. Menurut data yang diumumkan, (semua jenis) vaksin ini memiliki efektivitas hingga enam bulan,” imbuhnya. 

Indra Rudiansyah juga sedikit memberikan pandangannya terhadap vaksin Sinovac yang digunakan di Indonesia. Ia menyebut, vaksin Sinovac memang benar dapat melindungi seseorang dari gejala berat COVID-19 seperti halnya vaksin Pfizer dan AstraZeneca, tetapi belum menjamin kebal dan tidak akan terinfeksi.

“Bisa terhindar dari penyakit akibat virus corona. Meski begitu, (masyarakat) tetap harus waspada. Sebab, sampai saat ini belum ada data apakah semua vaksin bisa mencegah seseorang dari terinfeksi,” tutur Indra. 

Artinya, seseorang yang divaksin masih bisa terinfeksi dan dapat menularkan ke orang lain. Selain itu, Indra juga mengingatkan kepada masyarakat Indonesia untuk tetap taat pada protokol kesehatan yang berlaku, dan yang bisa bekerja dari rumah sebisa mungkin jangan keluar untuk keperluan tidak mendesak. 

“Indonesia ini kan dibangun dari mikroekonomi. Banyak dari mereka adalah pedagang dan harus keluar rumah mencari uang. Tidak bisa disalahkan karena mereka tetap harus menyambung hidup.” 

“Nah, yang bekerja dari rumah ini kan sebenarnya privilege (hak istimewa). Jadi, sebisa mungkin jangan egois ingin keluar rumah dengan alasan bosan atau ingin hiburan,” pungkas Indra Rudiansyah dalam penjelasannya. 

Baca juga: Penjelasan Badan POM Tentang Keamanan Vaksin AstraZeneca

CopyAMP code
Arianti
Arianti
I am content writer who has an interest in lifestyle news.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -spot_img

Most Popular