MediaGo – Musibah gempa Cianjur yang disebabkan Sesar Cimandiri menyadarkan banyak pihak bahwa Jakarta yang dianggap aman, ternyata punya potensi rawan terhadap gempa. Sejarah mencatat, kawasan Jakarta pernah dilanda gempa di masa Hindia Belanda akibat pergerakan Sesar Baribis.
Peta sejarah gempa mencatat, Sesar Baribis pernah mengguncang Jakarta pada 5 Januari 1699 dengan magnitudo 8. Gempa kembali mengguncang Jakarta pada 22 Januari 1780 dengan magnitudo 8,5.
Bukan hanya Jakarta, Sesar Baribis juga pernah mengguncang Cirebon pada 16 November 1847 dengan magnitudo 7,0. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, Sesar Baribis sering menyebabkan gempa berkekuatan kecil, yakni yang memiliki magnitudo 2,3 sampai 3,1.
Apa itu Sesar Baribis?
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menerangkan, struktur Sesar Baribis diperkirakan memiliki panjang sekitar 100 km. Namun, sesar ini tidak memanjang sebagai satu kesatuan, melainkan tergabi dalam segmen-segmen dengan panjang bervariasi.
Sesar Baribis adalah sesar aktif yang membentang dari timur hingga barat pulau Jawa akan sesar terpanjang di Pulau Jawa. Sesar ini melintasi sisi barat Subang dan Purwakarta, Karawang, Cibatu (Bekasi), Depok, Jakarta hingga Tangerang dan Raskasbitung.
Daryono menegaskan, keberadaan jalur Sesar Baribis ini aktif dan berpotensi terjadi gempa. Jika mencermati data gempa hasil monitoring BMKG tampak segmen selatan Jakarta ini memang belum menunjukkan aktivitas gempa.
“Tetapi hasil kajian menunjukkan tingkat kompresi yang tinggi yang diduga terkait dengan area yang terkunci. Ini patut diwaspadai,” kata Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima MediaGo, Jumat (24/6/2022).
Berdasarkan hasil kajian, jalur Sesar Baribis memiliki potensi gempa yang cukup signifikan. Catatan BMKG menerangkan, aktivitas gempa kerak dangkal akibat sesar aktif berkekuatan kecil dapat memicu kerusakan.
“Kita punya bukti catatan gempa kecil dengan magnitude 4,5 mengakibatkan kerusakah karena hiposenternya dangkal dengan episenternya dekat permukaan. (Jadi) pentingnya menerapkan upaya mitigasi nyata di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan sekitarnya,” ungkapnya.