MediaGo – Akhir-akhir ini, muncul pertanyaan apakah efek samping dari vaksin dosis 1 dan 2 beda jenis? Adakah efek samping yang dirasakan sangat mengkhawatirkan? Atau justru tak ada masalah apapun? Berikut penjelasan lengkapnya.
Vaksinasi merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus covid-19. Pada umumnya, vaksinasi dilakukan dalam dua tahap dan dalam jangka waktu yang berbeda. Hal tersebut dilakukan agar cairan vaksin yang berada dalam tubuh kita dapat bekerja secara optimal untuk membuat antibodi yang lebih kuat dalam melawan virus covid-19.
Efek Samping Vaksin Dosis 1 dan 2 Beda Jenis
Ada beberapa jenis vaksin yang digunakan di Indonesia yakni Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, dan vaksin covid-19 Biofarma. Namun, akhir-akhir ini muncul pertanyaan apakah boleh vaksin dosis 1 dan 2 berbeda jenis?
Beauties, Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan bahwa masyarakat tidak disarankan untuk mencampurkan jenis vaksin covid-19 dari berbagai produsen. Ia justru menyebutnya berisiko sebagai ‘tren berbahaya’ karena hingga saat ini hanya ada sedikit data yang tersedia, mengenai dampak yang terjadi pada kesehatan.
“Masyarakat tidak boleh memutuskan sendiri, lembaga kesehatan dapat (yang memutuskannya), berdasarkan data yang tersedia,” ujarnya yang dikutip dari The Guardian.
“Data dari studi campuran dan kecocokan vaksin dari jenis yang berbeda sedang ditunggu, imunogenisitas dan keamanan keduanya perlu dievaluasi,” sambungnya.
Beberapa penelitian, salah satunya di Inggris yang melibatkan jenis vaksin AstraZeneca/Oxford, serta jenis lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pfizer/BioNtech.
“Pendorong di balik penelitian ini adalah untuk melihat apakah cocok untuk mencampur dan mencocokkan vaksin yang berbeda,” ujar Matthew Snape, MD, seorang profesor pediatri dan vaksinologi di Universitas oxford yang dikutip dari Very Well Health.
Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil yang positif dari adanya pencampuran jenis vaksin, tetapi hal tersebut masih dalam tahap pracetak dan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mendukungnya. Sama halnya dengan orang yang mendapatkan vaksin yang sejenis, dalam penelitian ini para peserta mengalami beberapa efek samping seperti demam, kedinginan, kelelahan, dan sakit kepala, tetapi efek tersebut tidak berlangsung lama.
Snape juga menjelaskan bahwa menggunakan jenis vaksin yang berbeda untuk disuntikkan akan berisiko membangun ‘fleksibilitas dan ketahanan’ ke dalam program vaksin di seluruh dunia yang menghadapi kekurangan dan masalah pasokan.
Meski mencampur jenis vaksin pada dosis 1 dan 2 dipandang sebagai sebuah pilihan di beberapa negara, hal itu di mana pasokan satu vaksin tertentu masih kurang. Tetapi WHO prihatin dengan situasi di mana individu tersebut yang memutuskan sendiri vaksin mana yang akan di dapat dan seberapa jauh jarak pemberian dosis selanjutnya, tanpa mengikuti bimbingan dari tenaga kesehatan.
WHO khawatir karena jenis vaksin yang berbeda memiliki cara kerja yang berbeda pula sehingga justru bisa mengganggu kefektivitasan dari masing-masing jenis, dan berakibat pada sistem imun yang melindungi tubuh dalam melawan virus menjadi setengah-setengah dan tidak bekerja secara maksimal.
Mengikuti saran dari WHO, menurut dr. Erlang Samoedro, seorang ahli pulmonologi, mengatakan bahwa sebaiknya vaksinasi di Indonesia dosis 1 dan 2 dilakukan dengan menggunakan jenis yang sama.
“Kalau jenis berbeda tapi bahan dasarnya sama, oke, nggak masalah,” ujarnya saat diwawancarai.
Beauties, pemberian vaksin dosis kedua bertujuan untuk booster imun. Jadi, apabila menggunakan jenis dan bahan dasar yang berbeda maka fungsi pendorong imun tubuh untuk melawan virus covid-19 berisiko tidak didapatkan secara maksimal.