MediaGo – Hari ini, Sabtu (24/10/2020), para dokter yang tengah berjuang membantu penaganan Covid-19 ‘berulang tahun’. Ya, setiap 24 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Dokter Nasional yang identik dengan hari jadi Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Setiap tahunnya, Hari Dokter Nasional diperingati rekan-rekan dokter dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan dan kedokteran.
Hari Dokter Nasional dijadikan satu momentum penting dalam sejarah Indonesia, khususnya sejarah IDI itu sendiri. Lalu, seperti apa sejarah diperingatinya Hari Dokter Nasional?
Terbentuk IDI
Mengutip kemkes.go.id, organisasi IDI sendiri terbentuk pada 1950. Sejatinya, organisasi ini sudah lahir pada 1991. Kala itu, perkumpulan para dokter di Nusantara diberinama Vereniging van Indische Artsen.
Selama lima belas tahun berkiprah sebagai tenaga medis, pada 1926, organisasi ini mengalami perubahan nama menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI).
Baca juga: Tes Swab Mandiri Paling Mahal Ditetapkan Rp900 Ribu
Pada 1940, VIG mengadakan kongres di Solo. Kongres menugaskan Prof. Bahder Djohan untuk membina dan memikirkan istilah baru dalam dunia kedokteran. Tiga tahun berselang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.
Kemudian, pada 30 Juli 1950, atas usul Dr. Seni Sastromidjojo, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) & DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) mengadakan satu pertemuan yang menghasilkan “Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI)”, yang diketuai Dr. Bahder Djohan.
Puncaknya, pada 22-25 September 1950, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yg kemudian diresmikan pada Oktober. Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Dokter Jadi Bagian Sejarah Indonesia
Jauh sebelum organisasi IDI terbentuk, dokter-dokter di Tanah Air sudah mencatatkan dirinya sebagai salah satu pejuang kemanusiaan. Nama-nama besar seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan lainnya, tercatat dalam sejarah. Mereka tak hanya memerangi penyakit, tapi juga memerangi penjajahan di Indonesia.
Momentum profesi dokter di Indonesia pertama kali lahir lewat keputusan Gubernemen No. 22 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) pada 2 Januari 1849.
Kala itu, didirikan sekolah pendidikan dokter di Indonesia. Tujuannya untuk membantu pemerintah Hindia Belanda yang saat itu diserang wabah malaria. Sebanyak 12 orang siswa diluluskan dan diberi gelar ‘Dokter Djawa’ setelah menempuh pendidikan selama dua tahun. Meski diberi gelar dokter, lulusan-lulusan dokter hanya dipekerjakan sebagai ‘mantri cacar’.
Lewat perjalanan panjang, barulah pada 1898, sekolah pendidikan dokter yang sebenarnya didirikan. STOVIA namanya. Dari sinilah mulai terlahir dokter-dokter pejuang kemerdekaan.
Salah satunya ialah dr. Sutomo. Beliau bersama Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo dan R.T Ario Tirtokusumo mendirikan Boedi Oetomo.
Para pendiri Boedi Oetomo merasa bahwa untuk bisa lebih maju, maka bidang yang harus menjadi perhatian utama adalah pendidikan dan pengajaran. Organisasi ini punya motif sebagai sebuah organisasi modern, yaitu punya pemimpin, ideologi dan anggota yang jelas.
Baca juga: Olahraga Yang Dianjurkan Penderita Penyakit Jantung Selama Pandemi
Selanjutnya adalah dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat. Tiga tokoh intelek pendiri Indische Partij. Pendirian partai ini bertujuan untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka.
Mengusung semboyan Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang apapun jenis bangsanya. (Hindia adalah sebutan Indonesia pada masa pergerakan nasional).