MediaGo – Kasus dugaan penganiayaan kepada adik kelas yang dilakukan kakak kelas di SMA Islam Al-Azhar BSD, berujung saling memaafkan.
Hal itu disampaikan oleh Kepala SMA Islam Al-Azhar BSD, Moch Mukrim dari hasil mediasi yang dilakukan pada Jumat (29/7/2022).
“Alhamdulillah telah dimediasi dan dinyatakan bahwa permasalahan selesai secara kekeluargaan dan saling memaafkan,” kata Mukrim di SMA Islam Al-Azhar BSD.
Lanjut Mukrim, pihak sekolah pun membeberkan fakta jika tidak terjadi dugaan kekerasaan yakni tendangan kepada adik kelas dan juga perpeloncoan yang dilakukan kakak kelas.
“Dari hasil investigasi di lapangan tidak terbukti adanya pembulian dari senior ke junior,” tegasnya.
Bahkan, diduga korban yang sempat melaporkan SMA Islam Al-Azhar BSD ke Mapolres Tangsel sepakat mencabut laporan tersebut.
“Dari pihak orang tua sudah membuat surat pernyataan bahwa untuk mencabut laporan di Polres Tangsel,” tutur Mukrim.
Dalam surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai oleh pihak sekolah dan keluarga terlapor, sepakat dari kedua pihak tidak akan melanjutkan ke ranah Polisi.
Masih kata Mukrim, Yayasan Al-Azhar BSD selalu berkomitmen untuk menciptakan suasana sekolah yang nyaman bagi para siswanya.
“Saya pastikan di Al-Azhar BSD merupakan sekolah yang nyaman bagi anak-anak. Sekolah menyiapkan kenyamanan untuk menimba ilmu agar mereka bisa berprestasi,” jelasnya.
Sebelumnya, dugaan perpeloncoan kepada salah satu siswa baru di SMA Islam Al-Azhar BSD itu sudah dilaporkan pihak keluarga ke Mapolres Tangsel sepekan yang lalu.
Laporan kasus perpeloncoan tersebut, dibenarkan oleh Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangsel, Iptu Siswanto.
“LP-nya sudah ada. Tapi pemeriksaanya belum bisa dilaksanakan karena si pelapor masih sakit. Fakta pemeriksaanya belum kita laksanakan, kita belum bisa panjang lebar,” ujar Siswanto pada Kamis (28/7/2022).
Terpisah, Kepala SMA Al-Azhar BSD Moch Mukrim menjelaskan, peristiwa yang sebenarnya terjadi. Dimana, orang tua korban menyebutkan jika sang anak ditendang, disiram kopi panas dan mendapat kekerasan pada malam hari di sekolah.
“Saya membantahnya dengan bukti-bukti dong. Saya membuktikan tidak kesesuaian, fakta-fakta di lapangan tidak sesuai yang dilaporkan. Saya sudah melakukan pemanggilan, tetapi beliau (orang tua pelapor) enggak hadir, kalau sudah dipanggilkan harusnya beliau hadir kan ini tidak hadir,” papar Mukrim.
Lanjut Mukrim, kejadian penendangan oleh kakak kelas tidak sesuai fakta. Dikarenakan, pada saat kejadian, kelas XI sudah pulang lebih awal dan untuk kelas XII belajar secara daring atau online.
Sementara, untuk penyiraman kopi panas di Taman Kota 1 pun sudah ditelusuri opeh pihak sekolah dan faktanya tidak terjadi.
“Setelah kita dalami melalui kepala sekuriti, hasil pengakuan dari tukang parkir di Taman Kota 1 ternyata tidak ada kejadian penyiraman kopi panas itu,” tuturnya.
Dan, untuk kejadian kekerasan di malam hari, pihak sekolah memastikan tidak ada kekerasan apapun yang dilakukan.
“Jadi malam-malam itu, kakak kelasnya pengen kenalan sama adik kelas. Tadinya mau siang, tapi ganti malam. Di sana mereka hanya nongkrong untuk saling mengenal kakak kelas dengan adik kelasnya,” ungkap Mukrim.
Bahkan, ada fakta baru. Dimana, ada salah satu siswa yang merupakan kakak kelas korban, diangkut ke rumah si korban.
Disana, siswa tersebut dipaksa untuk meminta maaf sampai pukul 04.00 WIB dini hari.
“Jadi karena mungkin pelapor pulang dengan kondisi yang membuat khawatir orang tuanya, akhirnya orang tuanya datang ke sekolah mencari orang yang diduga melakukan kekerasan. Nah siswa yang dibawa ini jadi perwakilan yang lainnya. Saat itu posisinya sudah jam 2 pagi dan siswa itu berada di rumah pelapor sampai sekitar jam 4 pagi tanpa sepengetahuan orang tua siswa tersebut,” ujarnya.
Pihak SMA Islam Al Azhar BSD pun, berharap kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
“Saya berharap, para orang tua siswa tersebut dapat melakukan mediasi dan menyelesaikan masalah tanpa ada perselisihan,” tandasnya.