Mediago.id– Waisak adalah hari raya besar yang diperingati oleh seluruh umat Buddha di seluruh dunia, termasuk oleh negara Indonesia. Kini waisak pada tahun 2025 jatuh pada Senin, tanggal 12 Mei.
Perayaan keagamaan ini berkembang menjadi salah satu peristiwa keagamaan paling terkenal di Indonesia, terutama karena prosesi megah yang terjadi di Candi Borobudur. Namun, Waisak memiliki makna spiritual yang sangat mendalam di balik doa yang dipanjatkan dalam kesendirian dan lentera yang diterbangkan ke langit.
Peristiwa Waisak ini bukan hanya sebagai sebuah perayaan, tradisi, atau ritual doa semata, melainkan sebuah peringatan penting atas kisah dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yang dikenal sebagai Sang Buddha. Ia adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan dan memberikan pelajaran tentang welas asih, kesadaran, dan kebebasan dari penderitaan kepada dunia.
Tidak hanya itu, ada 3 peristiwa penting yang terjadi sampai akhirnya muncul keberadaan hari raya Waisak. Apa ketiga peristiwa penting tersebut? Ini adalah penjelasannya:

1. Kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama
Peristiwa pertama yang diperingati saat Waisak adalah kelahiran Siddhartha Gautama di Taman Lumbini, Nepal, sekitar abad ke-6 SM. Ia lahir sebagai seorang pangeran dalam keluarga kerajaan dan tumbuh dalam lingkungan kemewahan. Namun sejak kecil, Siddhartha menunjukkan sifat penuh belas kasih dan rasa ingin tahu yang besar terhadap penderitaan hidup manusia. Kelahirannya dipercaya sebagai awal mula hadirnya sosok yang kelak akan membawa ajaran pencerahan dan kedamaian bagi dunia.
2. Pencerahan di Bawah Pohon Bodhi
Peristiwa kedua adalah saat Siddhartha mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, setelah bertahun-tahun mencari jawaban atas penderitaan hidup. Ia bermeditasi dengan penuh tekad, hingga akhirnya menemukan kebenaran sejati: bahwa penderitaan bisa diakhiri melalui Jalan Tengah dan delapan jalan mulia. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai “Buddha”, yang berarti “Yang Tercerahkan”. Pencerahan inilah yang menjadi dasar dari ajaran Buddhisme hingga saat ini.
3. Wafatnya Sang Buddha (Parinibbana)
Peristiwa ketiga adalah wafatnya Sang Buddha di Kusinara pada usia 80 tahun. Wafatnya bukan dianggap sebagai akhir, melainkan sebagai pencapaian tertinggi, yaitu Parinibbana—kebebasan total dari siklus kelahiran dan kematian (samsara). Momen ini menjadi pengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara, dan bahwa kedamaian sejati hanya bisa ditemukan melalui pemahaman batin yang mendalam.
Hari raya Waisak bukan sekadar hari libur keagamaan. Tetapi juga menjadi momen toleransi dan kebersamaan di Indonesia. Ia adalah sebuah momen untuk berkontemplasi, pengingat bahwa kehidupan penuh perubahan, dan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri.
Dengan mengenang tiga peristiwa besar dalam hidup Sang Buddha, umat Buddha bisa memperdalam spiritualitas, memperkuat tekad dalam menjalani hidup yang benar, dan menyebarkan cinta kasih bagi semua makhluk di dunia.