MediaGo – Denyut nadi bisnis di pusat belanja Blok M Mall kini tak terlihat lagi. Sepi tanpa penghuni, layaknya kota mati. Deretan kios tutup dan beberapa di antaranya ditempel pengumuman “disewakan”.
Hanya tersisa satu atau dua pedagang pakaian saja yang masih bertahan di Blok M Mall sini. Semua stok pakaian diobral dengan harga sangat miring. Rata-rata di bawah Rp100 ribu.
Miris memang melihat suasana Blok M Mall sekarang. Lorong sepanjang 500 meter itu kini hanya sebagai akses lalu lalang orang-orang yang naik turun Transjakarta.
Blok M Mall 1990an-2000an
Di masa kejayaannya, mall ini jadi favorit semua kalangan, terutama masyarakat Jakarta Selatan untuk belanja pakaian. Dulu, ada department store besar seperti Ramayana dan Robinson di Blok M Mall.
Ratusan kios penuh oleh para pedagang pakaian, sepatu, peralatan sekolah, peralatan hiking hingga aksesori pakaian.
Bahkan di sini ada juga kios yang menyediakan perawatan kulit dan pijit relaksasi. Deretan bangku pijit elektrik siap membuat tubuh rileks kembali.
Saking penuhnya, di beberapa sudut dipakai sebagai tempat jualan parfum, compact disk (CD), kaset, game, dan aneka mainan anak.
Restoran siap saji kenamaan seperti McDonalds, KFC, dan Dunkin Donats juga pernah singgah di kehidupan pengunjung Blok M Mall.
Saat itu, Blok M Mall sangat ramai. Pemuda-pemudi dan keluarga dari berbagai kelas berbondong-bondong datang ke tempat ini. Saking hidupnya, Blok M Mall selalu penuh sesak.
Apalagi saat menjelang Lebaran atau tahun ajaran baru anak sekolah. Blok M Mall ‘diserbu’ pengunjung yang ingin belanja perlengkapan Lebaran dan keperluan sekolah anaknya.
Masih ingat tren batu akik? Nah, Blok M Mall sempat menjadi salah satu pusat batu akik di Jakarta, selain Pasar Rawa Bening di Jakarta Timur.
Sekitar tahun 2015, Blok M Mall diubah menjadi sentra penjualan batu akik. Puluhan pedagang batu akik dari berbagai daerah mencari peruntungan di lantai bawah Blok M Mall.
Tongkrongan Anak Muda
Dahulu, Blok M Mall jadi pusat belanja dan tongkrongan anak muda. Mereka hanya sekadar nongkrong, Jalan-jalan atau belanja.
Blok M Mall dikenal sebagai tempat nongkrong yang asyik dan murah. Barang-barang yang dijual sangat terjangkau untuk kalangan menengah bawah.
Orang-orang dulu punya kebanggaan saat pergi ke Blok M Mall. Label keren dan gaul sempat melekat anak muda pada masa itu.
Buat anak muda Jakarta Selatan, belum sah rasanya jadi anak Jaksel kalau belum nongkrong dan belanja di Blok M Mall pada saat itu.
Blok M Mall Sepi
Suasana Blok M Mall berubah sejak Ramayana dan Robinson hengkang tahun 2017. Daya tarik mall ini mulai pudar karena tidak bisa dipungkiri kedua department store itu menjadi magnet besar Blok M Mall ramai.
Dihapusnya jalur angkutan transportasi Metromini dan Kopaja juga turut menurunkan pamor Blok M Mall. Bagaimana tidak, terminal Blok M menjadi pusat singgah kedua jenis transportasi itu. Para penumpang Metromini dan Kopaja adalah salah satu konsumen mall ini.
Masuk ke tahun 2020, Indonesia diterpa pandemi COVID-19 yang membuat semakin parah kehidupan Blok M Mall. Aktivitas dan mobilitas orang-orang dibatasi. Dampaknya, omzet pedagang menurun drastis.
Kondisi semakin diperparah lagi dengan maraknya bisnis online saat pandemi. Dampak PPKM membuat orang akhirnya memilih belanja via online. Budaya belanja bergeser dari offline menjadi online.
Kini, pedagang di Blok M Mall hanya menghabiskan masa kontrak sewa saja yang kabarnya akan berakhir pada Oktober 2022.
Sejarah Blok M Mall
Blok M Mall diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto pada 3 Oktober 1992. Blok M Mall menjadi mall ‘bawah tanah’ pertama di Jakarta.
Dikutip dari berbagai sumber, pembangunan Blok M Mall dan Terminal Blok M menelan biaya cukup besar sekitar Rp70 miliar.
Blok M Mall awalnya menyediakan ratusan kios di dua lantai. Saat itu, Blok M Mall diharapkan menjadi one stop shopping untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat.