SDH Lippo Harapan Sekolah Dian Harapan Display Ad
Saturday, October 12, 2024
spot_imgspot_img
HomePendidikanMampukah Artificial Intelligence Menggantikan Peran Guru?

Mampukah Artificial Intelligence Menggantikan Peran Guru?

MediaGo – Pesatnya perkembangan teknologi generasi 4.0, yang salah satunya ditandai dengan kehadiran sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), menimbulkan kekhawatiran di berbagai bidang.

Di pasar tenaga kerja, misalnya, ada kekhawatiran industri 4.0 akan menurunkan bahkan menghilangkan permintaan beberapa jenis pekerjaan karena tergantikan oleh mesin maupun artificial intelligence.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, dalam kajian terbarunya, menyatakan ada potensi 23 juta orang terancam kehilangan pekerjaan pada 2030 sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan digitalisasi.

Baca juga: 5 Cara Mengatasi Father Hunger pada Anak Sejak Dini

Karakteristik pekerjaan yang terancam, dalam kajian Kadin, antara lain pekerjaan yang terstandarisasi, dapat dilakukan dengan bantuan teknologi, tingkat risiko kecelakaan kerja tinggi, serta pekerjaan yang kurang fleksibel.

Kondisi ini perlu disikapi dengan adanya upaya pengembangan keterampilan serta kompetensi baru agar pekerja dapat mengikuti perkembangan zaman.

Karena itulah, sektor pendidikan memiliki peran penting dalam menyiapkan generasi yang mampu mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan zaman. Di sisi lain, bidang pendidikan juga menghadapi ancaman dengan adanya kehadiran kecerdasan buatan.

Baca juga: Seberapa Penting Persiapan Dana Pendidikan Anak?

“Ada kekhawatiran, pada suatu saat nanti, kecerdasan buatan akan menggantikan peran guru atau dosen,” kata Dekan Sekolah STEM Universitas Prasetiya Mulya Stevanus Wisnu Wijaya.

“Namun, kekhawatiran itu bisa disikapi secara positif. Kehadiran AI jangan dilihat sebagai sebuah ancaman, justru sebagai sebuah kesempatan untuk mendukung proses pendidikan,” tambahnya dalam acara Teachers Gathering 2023 di Hotel The Westin Jakarta.

Manfaat Artificial Intelligence

Salah satu manfaat kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan adalah dengan menjadikan AI sebagai sumber pengetahuan untuk membangun inovasi baru. Jika dimanfaatkan dengan baik, ia melanjutkan, AI bisa menghadirkan pengalaman belajar yang lebih baik dan menarik bagi siswa.

Dengan demikian, para siswa akan terdorong untuk menjadi lebih kreatif yang pada akhirnya bisa turut berperan dalam perkembangan teknologi itu sendiri, dengan menjadi co-creator dan inovator teknologi-teknologi baru. Bagi guru, AI sangat potensial dimanfaatkan sebagai alat untuk menganalisis data.

Baca juga: Pentingnya Manfaat Musik Bagi Tumbuh Kembang Anak

Dengan kemampuan kecerdasan buatan yang terus berkembang, para guru bisa menggunakan hasil analisis tersebut untuk membuat pemetaan minat dan bakat para siswa, hingga merancang model pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan. Kehadiran AI akan mendorong banyak inovasi di bidang pendidikan.

Dalam acara yang sama, Dekan Sekolah Hukum dan Studi Internasional Prasmul, Dr. Noer Hassan Wirajuda, mengatakan, para pendidik juga harus peka dalam melihat tren dalam proses pembelajaran.

Diskusi manfaat artificial intelligence dalam dunia pendidikan.
Diskusi manfaat artificial intelligence dalam dunia pendidikan.

Baru-baru ini, Pusat Studi Kebangsaaan Indonesia Universitas Prasetiya Mulya melakukan survei terhadap 1.600 mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk mengetahui cara belajar dan bagaimana mereka mendapatkan pengetahuan.

“Dari survei itu terungkap, para siswa belajar melalui internet dan media sosial. Sisanya, sebanyak 26 persen menjawab belajar dari kelas, dan 16 persen lainnya belajar dari buku,” ujar Hassan yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Kebangsaan Prasmul.

Hasil survei ini memperlihatkan tren baru yang bisa menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pendidik. Karena survei tersebut juga menunjukkan para anak didik menginginkan proses pembelajaran yang lebih interaktif.

Baca juga: Tanpa Disadari, 10 Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Merusak Otak

Menurut Hassan, para pendidik, guru maupun dosen, harus siap menghadapi perubahan tersebut dan menangkap keinginan para anak didiknya. Guru perlu mengembangkan metode baru dalam pembelajaran yang lebih interaktif, tanpa mengurangi kualitas muatan ilmu yang disampaikan.

Sebagai contoh, ujar Hassan, para pendidik bisa memanfaatkan media sosial, kecerdasan buatan, sampai teknologi metamesta (metaverse) untuk memberikan materi pendidikan secara multimedia, sehingga proses belajar para siswa menjadi lebih menarik.

Teknologi Berkembang, Revisi Kurikulum Harus Lebih Cepat

Sementara itu, Ketua Yayasan Guru Belajar Bukik Setiawan, menekankan pentingnya penguatan pengembangan keahlian dan kemampuan guru. Saat ini, kata Bukik, kapasitas program pengembangan guru sangat kecil sehingga berjalan lamban.

“Setiap tahun, pemerintah hanya menyediakan ruang pengembangan kapasitas untuk 300 ribu guru, tidak sebanding dengan kebutuhannya. Maka tak heran jika banyak pendidik yang merasa kesulitan mengikuti perubahan,” tutur Bukik.

Baca juga: Cara Mudah Mengidentifikasi Buku Bajakan

Menurut Bukik, pada kenyataannya, saat ini, di Indonesia perubahan kurikulum terhitung lamban. Idealnya revisi atau penyesuaian kurikulum itu dilakukan setiap tahun, berdasarkan hasil evaluasi. Terlebih dengan pesatnya perkembangan teknologi seperti sekarang.

Namun, ia menambahkan, perubahan kurikulum per lima tahun saja sudah terasa terlalu cepat, karena pengembangan kapasitas gurunya yang juga berjalan lamban. “Para pendidik jadi terkesan kewalahan mengikuti perkembangan zaman,” terangnya.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan itu, bisa dimulai dari institusi pendidikan. Caranya dengan menambah anggaran dan memprioritaskan program pengembangan kapasitas dan kemampuan guru.

Baca juga: Memilih Jurusan Kuliah Membuat Bingung? Intip 3 Tipsnya!

Saat ini, rata-rata setiap sekolah di Indonesia hanya menganggarkan bujet sebesar 0-2 persen dari total anggaran sekolah untuk kebutuhan pengembangan guru.

“Kebanyakan institusi pendidikan masih memprioritaskan anggaran mereka untuk pembangunan fasilitas dan prasarana. Padahal pengembangan kapasitas guru sangat penting,” ungkapnya.

Idealnya, ujar Bukik, institusi pendidikan menyiapkan minimal 20 persen anggarannya untuk kebutuhan pengembangan guru. “Kita perlu mendorong para pendidik untuk maju dan berkembang,” tambah Bukik.

CopyAMP code

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -spot_img

Most Popular